Khamis, 26 Januari 2012

DIA,BUKAN ISTERI YANG KU DAMBAKAN



Untuk para ar-rijjal (terutamanya aku), untuk para suami yang telah mendapatkan pasangan hidupnya. Kisah ini layak dan perlu untuk ditelaah. sebagai satu kisah nasihat untuk lebih menghargai tiap Nikmat yang diberi..



Mungkin kau telah membayangkan dengan berbagai juta pesona yang akan kau dapat dari calon pendampingmu. Terukir indah dalam mimpimu setiap malam, dan ketika kau terjaga terlihat senyum merekah dari bibirmu. Betapa tidak sabar hatimu ingin meraihnya.. memiliki calon yang kau harapkan.Namun, setelah kau bersamanya dan ia ada disisimu begitu dekat dengan dirimu. Matamu, jiwamu dan hatimu selalu bersamanya setiap waktu tiba-tiba kau merasa kecewa. kau temui ia tidak seperti yang kau dambakan, tidak seperti yang kau inginkan. Tidak seperti yang kau mimpi-mimpikan. Ibarat menelan pil pahit ingin segera kau muntahkan dari mulutmu tapi rasa pahit itu terlanjur menyerang di kerongkonganmu.Sulit untuk kau hilangkan dari lidahmu. 
Wahai para bakal suami dan bakal suami, apa yang ingin dan akan kau lakukan??

Jika terdetik dalam hatimu untuk berpisah darinya maka tunggu dulu hingga kau membaca kisah ini, semoga aku,kau dan kita semua mendapat manfaat darinya dan semoga hatiku, hatimu dan hati kita semua sedikit luruh melunak kerananya. 
Inilah kisahnya saudaraku.. semak diri,lihat diri dengan baik-baik :


Ibnu Al-Jauzy mengatakan:
 “Ada satu riwayat yang dinisbahkan kepada Usman ibn Al-Nisabury: Pekerjaan apa yang ditangguhkan untukmu? Dia mengatakan ; Saya dalam memberikan kasih sayang, hingga keluargaku berupaya untuk menikahkanku, tapi aku tidak mau. Kemudian seorang wanita datang kepadaku lalu mengatakan : Wahai Abu Usman aku mencintaimu, demi Tuhan! Aku mohon padamu untuk menikahi aku. Kemudian aku menghadirkan ayahnya-orang yang tak punya- dan menikahkannya denganku, dengan demikian dia merasa girang dan gembira.

Ketika wanita itu masuk menghadapku, ternyata matanya buta sebelah, memiliki cacat, tidak cantik. Kerana cintanya padaku ia melarangku untuk keluar, lalu aku duduk demi menjaga kegusarannya, dan aku tidak menampakkan kebencian sama sekali, seolah-olah aku menyingkirkan segala ketidak sukaan. Aku lakukan itu selama 15 tahun hingga ia wafat. Aku tidak memiliki apapun dari pekerjaanku kecuali aku menangguhkannya, demi untuk memelihara kegusaran hatinya. (Saidul khatir, 635-636)


Ibnu Qayyim mengatakan :
 “Dikatakan: Ada seseorang menikahi seorang wanita. Ketika masuk ia mendapati pada anggota tubuhnya cacar. Dia mengatakan: Aku menutupi kedua mataku, lalu aku katakan : Aku buta, setelah 20 tahun wanita itu wafat dan dia tidak mengetahui bahwa aku tidak buta. Kemudian dia ditanya mengapa demikian: Dia menjawab aku tidak ingin pandanganku menyedihkannya kerana ada aib yang dimilikinya iaitu cacar” (Madarijus Salikin 2/326)



Syaikh Dr. Muhammad ibn Luthfy as-Shabbagh mengatakan: 
Seorang kawan berbicara padaku bahawa gurunya menyimpan rahsia dengan suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya, dia mengatakan: Sesungguhnya aku telah menikahi isteriku ini selama 40 tahun. Aku tidak pernah melihat satu halpun yang menggembirakan. Sejak hari pertama mempergaulinya, aku tahu dia sesuai denganku dalam suatu hal, tapi dia adalah puteri pakcik ku, dan aku yakin tidak ada seorangpun yang mahu menanggungnya, aku tetap bersabar dengan penuh perhitungan. Allah subhanahu wata’ala mengurniakanku beberapa orang putera yang baik dan soleh, dan memberiku pertolongan padanya untuk menjauhinya dengan menulis berbagai karangan. Dari karangan-karangan itulah aku berharap sumbangsih dalam ilmu pengetahuan dan sedekah jariah yang mengalir. Dengan demikian, hubunganku yang kurang baik dengan istriku dapat menciptakan hubungan sosial yang produktif dan membangun. Keadaan ini mungkin tidak akan pernah terwujud seandainya aku menikah lagi dengan wanita lainnya.

Beliau mengatakan lagi: Seorang kawan yang lain mengajak aku bercerita, dia mengatakan: Sejak hari-hari pertama aku menikah dengan isteriku, aku benar-benar tidak punya keinginan dan tidak ada rasa cinta sama sekali, tetapi aku telah berjanji kepada Allah untuk bersabar atas masalah ini, tidak menyakitinya, dan aku rela dengan pemberian-Nya ini.kerana itu janji yang telah ku maktubkan sejak aku lafaz nikah padanya. Selama pernikahan ini, aku dianugerah harta yang banyak, dikurnia beberapa orang putera, kedamaian dan ketenteraman. (nadzarat fil usrah al-muslimah, 196)



Apa yang dapat kau simpulkan setelah membaca kisah diatas?
Sebagai saudara seiman,ini hanyalah sebuah kisah nasihat yang ingin ku berikan kepadaku terutamanya,dan juga kepadamu.. Untuk kita sama-sama lebih mengenal dan mensyukuri apa saja yang dalam Hidup ini..

_________________________________________

Jadi yang terbaik untuk dapatkan yang terbaik
Pencarian itu satu PROSES MENJADI,bukan MENCARI semata
_________________________________________




Renungkanlah firman-Nya:
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” 
(AN-Nisaa ;19) 

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Kalaupun dia tidak menyukai suatu akhlaknya yang buruk, mungkin di sisi lain ada akhlaknya yang dia senangi”
 (HR. Muslim no.845). 







_________________________________________________
SAAT AKU MENYAMPAIKAN SUATU KEBAIKAN KEPADAMU, BUKANNYA AKU HENDAK MEMBERIKAN NASIHAT AKAN KEKURANGANMU SAHABAT..TAPI AKU SEKADAR MENJADIKAN DIRIMU SEBAGAI PERANTARA, AGAR NASIHAT ITU SAMPAI KEPADA DIRIKU.DAN BUKAN JUGA MENJADI ORANG YANG BAJET BAIK DAN BERIMAN.. SAMA-SAMA UNTUK JADI LEBIH BAIK..



"MENGARAHKAN WAJAH KE CERMIN, BUKAN BERERTI MENCARI-CARI KEKURANGAN CERMIN, NAMUN HAKIKATNYA ADALAH MENCARI KEKURANGAN DIRI UNTUK DIPERBETULKAN AGAR LEBIH BAIK, DENGAN " PERANTARA CERMIN"
_________________________________________________


Tiada ulasan: